Senin, 10 Januari 2011

Kekerasan Remaja

Kekerasan Remaja Masa Kini

Masa remaja sering disebut sebagai masa ”storm and stress”, di mana pada masa ini mereka sedang menghadapi persoalan pencarian identitas yang rumit. Dengan kompleksitas permasalahan identitas inilah, tak heran apabila remaja banyak yang terjerumus pada pergaulan tanpa batas. Salah satu bukti berbahaya adalah keikutsertaan mereka dalam sebuah kelompok yang populer disebut geng, di mana mereka banyak menampakkan kekerasan yang meresahkan masyarakat.

Geng motor XTC dan Brigez, misalnya, merupakan fenomena sosial yang mencerminkan kepribadian remaja banyak meluapkan agresivitas, sadisme, dan antisosial. Tak hanya pada geng motor saja, di Kota Bandung juga sekarang marak sekelompok remaja yang bergabung dengan suporter Viking, dan sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Bisa disaksikan sendiri ketika tim kesayangan mereka, Persib Maung Bandung, bermain di stadion Jalak Harupat. Sudah dapat dipastikan kalau jalanan akan macet dan terdengar suara knalpot motor yang meraung-raung yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan lain. Apalagi kalau tim kesayangan mereka kalah telak, kekesalan bobotoh akan dilampiaskan secara membabi buta pada toko-toko yang berada di pinggir jalan raya.

Dari fenomena kenakalan remaja itulah, penulis hendak menganalisisnya dari pendekatan psikologi aliran psikoanalisa yang digawangi Erich Fromm. Kenapa penulis memilih tokoh ini, bukan Sigmund Freud? Karena ada cita rasa berbeda yang ditemukan dalam pemikiran dan gagasan tentang kepribadian yang ditawarkan Erich Fromm. Dia memandang kepribadian manusia bukan hanya luap ”libido seksual”, seperti yang diungkapkan Sigmund Freud. Tetapi, lebih dari itu.

Kepribadian manusia ditentukan oleh situasi kemanusiaan (human condition) yang berlaku sepanjang hidupnya. Human condition dalam perspektif Erich Fromm merupakan kekhususan yang terjadi pada diri manusia dan dialaminya semata-mata dalam taraf manusiawi, dan sebagai karakteristik eksistensi manusia.

Menurut Erich Fromm, manusia berlainan dengan hewan. Sejak lahir manusia dilengkapi seperangkat kemampuan naluriah yang ”siap pakai” untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun, secara biologis manusia merupakan makhluk yang lemah. Sehingga yang diperlukan untuk tetap survive dalam kehidupannya adalah memanfaatkan kemampuan yang luar biasa dalam dirinya.

Erich Fromm dalam buku berjudul Man for Himself, menyebutkan tiga kemampuan khas insani yang membedakan manusia dengan hewan, yakni: kesadaran diri (self awareness), akal budi (reason), dan daya khayali (imagination). Setiap kemampuan manusiawi tersebut berperan dalam membentuk kepribadian seorang manusia. Pun begitu dengan remaja. Ketika kesadaran diri, akal budi, dan daya khayali tidak dapat digunakan untuk mengembangkan kepribadian yang positif, tentunya akan menyebabkan seorang remaja memegang teguh kepribadian yang tak berkualitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar